secretsafebooks.com – Kalau kamu suka drama Jepang yang penuh teka-teki, aksi yang bikin deg-degan, dan konsep dunia alternatif yang nggak biasa, Alice in Borderland jelas harus masuk daftar tontonanmu. Seri ini nggak cuma keren secara visual, tapi juga sukses bikin penonton ikut mikir keras sambil tegang di tiap episodenya. Sekilas memang terasa mirip Squid Game, tapi tenang, Alice in Borderland punya daya tariknya sendiri yang bikin beda banget.
Baca Juga: 10 Film Terbaik Sepanjang Masa
Cerita yang Gak Mainstream
Cerita Alice in Borderland dimulai dari tokoh utama kita, Arisu. Seorang pemuda yang jago main game tapi agak bingung dengan hidupnya. Bersama dua sahabatnya, Karube dan Chota, mereka tiba-tiba terlempar ke versi aneh dari kota Tokyo yang sepi. Semua orang hilang, dan yang tersisa hanya mereka yang dipaksa ikut dalam permainan mematikan.
Dari sini, konsepnya langsung menarik. Tiap permainan punya tema dan aturan berbeda, dan yang bikin menegangkan, nyawa jadi taruhannya. Setiap game punya tingkat kesulitan berdasarkan simbol kartu. Makin tinggi angkanya, makin gila tantangannya. Dari yang melibatkan kekuatan fisik sampai permainan psikologis yang butuh strategi gila.
Baca Juga: 10 Film yang Diadaptasi dari Novel Terbaik yang Wajib Ditonton
Kenalan Dulu Sama Karakter-Karakternya
Salah satu kekuatan utama dalam Alice in Borderland adalah karakternya. Arisu, si otak jenius yang awalnya terlihat lemah, tumbuh jadi pemimpin yang bijak dan penuh empati. Perjalanan emosionalnya bikin kita bisa relate, terutama saat dia kehilangan teman-temannya.
Kemudian ada Usagi, gadis pemberani yang jadi partner setia Arisu. Chemistry mereka nggak dipaksakan tapi tumbuh perlahan, bikin penonton jadi makin peduli sama hubungan mereka. Ada juga karakter lain yang mencuri perhatian seperti Chishiya, si dingin dan misterius yang jago taktik, dan Kuina, perempuan tangguh dengan masa lalu rumit.
Setiap karakter di Alice in Borderland punya latar belakang yang kuat dan dikembangkan dengan baik. Jadi bukan cuma figuran yang muncul lalu hilang begitu saja. Penonton jadi tertarik bukan cuma pada jalan cerita, tapi juga pada dinamika antar tokohnya.
Game-Game yang Bikin Jantung Lari
Ngomongin Alice in Borderland tanpa bahas permainannya rasanya kurang lengkap. Setiap episode menghadirkan game baru dengan tingkat bahaya yang nggak main-main. Mulai dari permainan kucing-kucingan di hotel kosong sampai permainan kepercayaan yang penuh pengkhianatan.
Yang bikin seru, kita sebagai penonton juga diajak mikir. Kadang sampai nebak siapa yang bisa dipercaya, atau gimana cara keluar dari jebakan yang rumit. Permainannya nggak cuma soal fisik tapi juga menguji emosi dan logika. Itu sebabnya banyak yang bilang Alice in Borderland lebih “mind game” dibanding sekadar survival biasa.
Salah satu permainan yang paling bikin penonton trauma adalah saat Arisu harus kehilangan teman-teman terdekatnya. Di momen itu, dramanya benar-benar dapet. Nggak cuma action, tapi juga sisi emosional yang dalam banget.
Visual dan Efek yang Nggak Kaleng-Kaleng
Dari sisi produksi, Alice in Borderland patut diacungi jempol. Dunia “Borderland” ditampilkan dengan detail yang luar biasa. Kota Tokyo yang biasanya ramai tiba-tiba jadi sunyi, dan itu dibikin begitu nyata. CGI-nya halus, sinematografinya cakep, dan desain permainan yang selalu kreatif bikin tiap episode nggak pernah terasa repetitif.
Salah satu aspek visual paling keren adalah cara mereka bikin lokasi-lokasi permainan. Kadang di dalam gedung kosong, kadang di tempat yang luas banget, dan semuanya digarap dengan serius. Tidak terasa asal-asalan. Bahkan bangunan-bangunan yang ditampilkan sering kali punya nuansa mencekam yang pas banget dengan suasana ceritanya.
Musik dan Suasana yang Pas Banget
Musik latar di Alice in Borderland bukan yang heboh atau lebay, tapi justru itu yang bikin ngeri. Soundtrack-nya tenang tapi mengandung rasa cemas yang perlahan. Jadi pas nonton, kita dibuat ikut tegang tapi nggak sadar kalau musiknya itu yang memicu suasana jadi mencekam.
Begitu juga dengan penggunaan momen hening. Ada beberapa scene di mana musik benar-benar dimatikan, dan cuma suara napas atau langkah kaki karakter yang terdengar. Itu bikin sensasi survival-nya makin terasa.
Perbedaan Musim Pertama dan Kedua
Musim pertama Alice in Borderland fokus ke pengenalan dunia Borderland dan bagaimana Arisu mulai memahami sistem permainan. Di musim ini, penonton diajak kenalan sama banyak karakter baru dan belajar selamat dari game-game awal. Intensitasnya sudah tinggi, tapi masih terasa “awal”.
Masuk ke musim kedua, semuanya naik level. Permainannya makin gila, musuh-musuhnya lebih sadis, dan misteri tentang dunia Borderland mulai terbuka. Penonton juga akhirnya mulai dikasih petunjuk soal kenapa mereka bisa terjebak di dunia itu, dan siapa sebenarnya yang mengatur semua ini.
Musim kedua juga jauh lebih emosional. Arisu dan Usagi bukan cuma fokus bertahan hidup, tapi mulai bertanya tentang arti hidup dan kematian. Tema-tema eksistensial mulai masuk, dan itu bikin Alice in Borderland jadi bukan sekadar tontonan survival.
Filosofi di Balik Borderland
Meskipun dikemas dalam bentuk hiburan, Alice in Borderland sebenarnya punya pesan yang cukup dalam. Serial ini sering menyinggung soal eksistensi, pilihan hidup, rasa bersalah, dan harga sebuah kehidupan. Lewat karakter-karakter yang berjuang mati-matian, kita jadi diingatkan bahwa setiap orang punya “permainan” masing-masing dalam hidup.
Arisu misalnya, awalnya adalah orang yang hidup tanpa arah. Tapi setelah masuk ke dunia Borderland dan kehilangan sahabatnya, dia mulai berubah. Dia belajar bahwa hidup itu berharga, bahkan ketika semua terasa nggak masuk akal. Usagi juga punya latar belakang yang mengajarkan bahwa bertahan hidup bukan cuma soal fisik, tapi juga soal harapan.
Perbandingan dengan Squid Game
Banyak yang nggak bisa nggak membandingkan Alice in Borderland dengan Squid Game. Wajar sih, karena dua-duanya punya tema permainan mematikan. Tapi kalau diperhatikan lebih dalam, Alice in Borderland punya nuansa yang lebih sci-fi dan filosofis. Sementara Squid Game lebih grounded dan fokus ke isu sosial.
Kelebihan Alice in Borderland ada di pengembangan karakter yang lebih mendalam dan dunia yang lebih kompleks. Di sisi lain, Squid Game mungkin terasa lebih mudah diikuti karena permainannya lebih familiar. Tapi buat yang suka tantangan otak dan atmosfer yang intens, Alice in Borderland bisa dibilang lebih memuaskan.
Alur yang Nggak Tertebak
Satu hal yang bikin Alice in Borderland beda adalah plot-nya yang sulit ditebak. Tiap karakter bisa mati kapan aja. Nggak ada jaminan karakter favorit kamu bakal bertahan sampai akhir. Bahkan kadang karakter baru muncul, bikin kita suka, lalu dibikin sengsara di episode berikutnya.
Penulisannya benar-benar bikin penasaran. Twist-nya nggak murahan dan selalu masuk akal. Tiap kali kamu pikir sudah ngerti pola permainannya, serial ini bakal kasih kejutan baru yang bikin kamu mikir dua kali.
Akting yang Kuat dan Natural
Kento Yamazaki sebagai Arisu tampil luar biasa. Dia berhasil membawakan karakter yang kompleks, dari seorang pemuda biasa sampai menjadi survivor sejati. Tao Tsuchiya sebagai Usagi juga nggak kalah keren. Karakternya kuat, mandiri, tapi tetap punya sisi rapuh yang membuatnya terasa manusiawi.
Aktor pendukung seperti Chishiya, Kuina, Niragi, dan yang lainnya juga tampil meyakinkan. Chemistry antar karakter terasa natural dan nggak dibuat-buat. Itu bikin kita sebagai penonton jadi benar-benar peduli sama nasib mereka.